Kami datang dengan T.E.N.A.N.G dan nikmati musik tanpa ANARKI

led scroller

Coming Soon MD Present

Coming Soon . . !

MODERN DARLINGS

“Modern Darlings Proudly Present”
Februari 14th, 2008
At Viky Sianipar Music Center, JakSel


Modern Darlings Proudly Present
Pada awalnya hanyalah sebuah pemikiran dari kami Modern Darlings, yang kemudian disampaikan pada forum Modern Darlings. munculnya gagasan ini, dikarenakan adanya image yang tidak bagus yang melekat pada Modern Darlings mungkin image ini muncul setelah incident Pensi SMUN ternama di Jakarta. Banyak orang berfikir Modern Darlings adalah suatu fans / hooligan perusuh. Melihat hal ini kami mengatasnamakan Modern Darlings ingin membuktikan bahwa, apa yang mereka tuding kepada Modern Darlings itu tidak benar adanya. Di sebut sebagai perusuh di setiap pensi di SMU Jakarta, sehingga berpengaruh besar terhadap image THE UPSTAIRS dan Modern Darlings sendiri. Dengan ini kami ingin membuktikan, bahwa Modern Darlings tidak seperti apa yang mereka katakan. Menurut kami secara garis besar Modern Darlings itu, sekumpulan pecinta musik yang di titik beratkan agar selalu berfikir modern untuk menyelesaikan setiap masalah. Dengan ini kami mempersembahkan “PERSEMBAHAN NADA GEMILANG”.


Join yaa di Official Modern Darlings Web

Thursday, August 9, 2007

MD in the Morning

Modern Darling di Pagi yang PANAS




WAAH ky mo berantem, tapi TENANG aja bukan berantem koq, cuma mau fto" :P



D'GIRLZ in ACTION!!!!


waah ada GF, dan ini jadi bukti kalo MD dan GF itu berkawan :)


KUSEMATKAN DENGAN SENSASI

Wednesday, August 8, 2007

It's Rolling Stones But The Upstairs Like it


“Sebelum ada disco, sebelum ada punk rock, ada rock n’ roll…dan setiap buku sejarah yang mengatakan kalau Elvis Presley adalah raja rock n’ roll, itu salah besar! Karena Raja rock n’ roll adalah Chuck Berry!” kata Jimi Multhazam sesaat sebelum The Upstairs memainkan lagu Carol.

Jum’at [3/8] nyaris tengah malam, di Taman Ismail Marzuki, saya berbahagia. The Upstairs membawakan lagu-lagu The Rolling Stones! Ah, dua nama favorit saya, jadi satu. Makanya, jauh-jauh hari ketika saya tahu kabar ini, saya bertekad untuk datang. Harus datang. Jangan melewatkan kesempatan langka ini.

Walaupun acara tribute ini tidak sebagus yang saya bayangkan. Band-band sebelum The Upstairs tidak semuanya membawakan lagu-lagu The Stones. Malah, ada band prog rock bernama Imanissimo [kalau tak salah dengar] yang hanya membawakan satu lagu. Itu pun, Cuma mengambil sedikit bagian dari lagu The Stones. Selebihnya, tenggelam dalam komposisi njlimet. Ah, mereka mungkin lebih cocok untuk orang-orang seperti Denny Sakrie. Hehe.

The Adams, yang tampil sebelum The Upstairs cukup memuaskan. Walaupun permainan mereka tidak terlalu rapi, tapi pilihan lagu “Dandelion” dan “The Last Time”, saya rasa sangat cocok dengan mereka.

Mungkin karena mereka tak meluangkan waktu cukup banyak untuk berlatih.

Crowd yang datang juga sepertinya bukan pasar yang cocok untuk tribute to The Stones. Anak-anak kecil mendominasi lapangan.
Ada yang bergaya punk, ada yang bergaya modern darlings. Dan sebagian besar dari mereka, mungkin tak tau lagu-lagu the Stones. Buktinya, ketika The Upstairs membawakan lagu The Stones, mereka tak banyak bereaksi. Hanya orang-orang tua di mulut panggung saja yang terus berteriak dan bernyanyi. Mudah-mudahan, pulang dari sana, bocah-bocah kecil itu mencari tahu the Stones, dan bisa menjadi penggemar baru. Hehe.

“Iya nih, sekarang banyak anak kecil yang datang ke pertunjukkan Upstairs. Menurutlo, ini perkembangan atau kemunduran Leh?” tanya Jimi.

Agak bingung juga menjawabnya. Tapi, menurut saya, ini kemajuan. Karena umur anak-anak kecil itu masih panjang. Dan mereka masih bakal datang ke pertunjukkan. Tidak seperti penggemar Upstairs yang sudah lebih tua. Mungkin sebagian dari mereka sudah enggan datang. Atau, karena juga sudah cukup melihat pertunjukkan Upstairs ketika mereka masih belum sepopuler sekarang.

Jimi tak hapal semua lirik the Stones yang dibawakannya malam itu. Dan bahasa Inggrisnya tak terlalu bagus. Jadi semakin yakin, kalau Jimi memang lebih enak menyanyikan lagu berbahasa
Indonesia. Hehe.

Sayang sekali, tata suaranya tak maksimal malam itu. Dan tak banyak fans Stones. Jadi, suasananya tribute to Stones kurang terbangun. Jimi menanyakan soal berapa banyak penonton tua, sebelum dia naik panggung malam itu. Rupanya pikiran dia sama malam itu.

Walau begitu, ada satu penonton tua yang sangat gila pada the Stones. Bahkan, sampai gila beneran. Kata Jimi, si bapak yang mengaku bernama Mick Jagger itu, sudah ada di kampus IKJ, sejak tahun 80-an. Konon, dia gila karena The Stones. Ketika siang hari diperdengarkan lagu Stones, “Mick Jagger” menangis.

*Forward from solehsolihun*

Blogger Templates

Blogger Templates

Search

Video Clip - Terekam (tak pernah mati)

Thank"s To

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket